Harapan Palsu- Pengembangan Objek wisata di Banda Aceh sekedar proyek gagah-gagahan. Tidak sedikit paket wisata yang lenyap setelah diluncurkan.

Pasca Tsunami, Pemko Banda Aceh gencar menggodok proses rehabilitasi dan rekonstruksi beberapa sektor dalam kota Banda Aceh, tidak terkecuali wahana baru bidang pariwisata. Berbagai macam wahana wisata dikembangkan oleh Pemko Banda Aceh, namun sayang niat baik membenahi kota itu berujung sia sia. Alhasil pengoperasian produk wisata hanya berjalan sesaat lalu menghilang seiring perjalanan waktu.

Program Objek Wisata Banda Aceh yang Gagal

Awal Februari 2016, beberapa masyarakat Kota Banda Aceh dihebohkan dengan peluncuran wahan air bertema Basket Fishing di dermaga Ulee Lheue, Meuraxa, Banda Aceh. Peluncuran yang dihadiri Walikota Banda Aceh Illiza Saaduddin Jamal itu santer dipublikasikan sejumlah media lokal.

Usai pelunculran, objek wisata baru mulai dikelola oleh nelayan wilayah Meuraxa di bawah ‘komando’ Panglima Laot. Setiap wisatawan diberi kesempatan untuk memancing di dalam boat yang disediakan sembari menikmati keindahan panorama pantai Ulee Lheue. Untuk memesannya, per orang harus merogoh kocek Rp50 ribu. Menurut warga setempat, penghasilan yang diperoleh para nelayan dari jasa sewa boat untuk kegiatan itu meningkat drastis. Sekilas, buah kerjasama yang difasilitasi komunitas ‘penggenjot’ laju rekontruksi (CoMU) antara Kota Banda Aceh dan Kota Higashimatsushima, Jepang itu sudah menunjukkan hasil.

Sayangnya, program yang telah dirintis sejak 2014 oleh beberapa nelayan terlatih tersebut hanya berjalan sesaat. Baru beberapa bulan usai di-launching, denyut aktivitas wisata pancing itu kian meredup. Bahkan, akhir-akhir ini, wisata yang terletak di belakang Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) itu kerap tidak beroperasi.

Tidak jauh beda dengan Projek Wisata yang lainnya, yaitu Water Front City Gagal. Program yang digagas oleh Alm Mawardy Nurdin saat menjabat sebagai Walikota Banda Aceh bernasib lebih parah. meski sudah digembar-gemborkan, progam Water Front City Kota Banda Aceh tak kunjung direalisasikan.

Alm. Mawardy pernah menyampaikan rencana pembangunan wahana transportasi sungai itu dalam peresmian pembersiahan dan pengerukan Krung Aceh yang di hadiri oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum RI, Mohammad Hasan. Saat itu, beliau menuturkan program Water Front City segera diwujudkan setelah pengerokan sungai selesai dilakukan.


Pembangunan Water Front City itu bertujuan untuk mendayagunakan Krueng Aceh serta anak sungai sebagi jalur transportasi air. Sehingga, ke depannya baik masyarakat maupun turis yang bertandang ke Banda Aceh dapat menikmati objek wisata berbasis transportasi air. Namun, hingga saat ini Program pemberdayaan transportasi air ini gagal diwujudkan.(/smod)
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: