Penobatan Illiza Saaduddin Djamal sebagai Wali Kota terbaik dari seluruh Indonesia versi Jawa Pos Group diapresiasi oleh berbagai kalangan masyarakat Aceh. Namun demikian, anggota DPRK Banda Aceh dari Fraksi Nasdem, Abdul Gafur menilai,  perhargaan tersebut belum menyentuh pada kesejahteraan masyarakat.


Menurut Abdul, Banda Aceh masih mengalami banyak sisi kekurangan. Dari segi ekonomi masyarakat masih sangat terpuruk, dari segi pariwisata juga tidak ada yang bisa dibanggakan, begitupun dari segi kesejahteraan. Bahkan, Ia mempertanyakan prestasi yang diperoleh oleh walikota yang akrab dikenal Bunda tersebut.



“Jadi yang menjadi terbaik dimananya? Pembangunannya dimana?” katanya kepada Klikkabar.com, Senin, 25 januari 2016.



Ia menyebutkan, permasalahan air bersih di Banda Aceh hingga saat ini belum terselesaikan. Padahal, sebutnya, permasalahan ini yang seharusnya diutamakan, karena air merupakan kebutuhan setiap individu masyarakat.


“Kalau tidak ada air bagaimana masyarakat melakukan aktivitas dengan maksimal,” ujarnya. Lanjutnya, Ia tetap mengapresiasi usaha Illiza dalam upaya penegakan syariat islam di bumi serambi mekkah ini. Menurutnya, selain di Banda Aceh, penerapan syariat Islam di kota lain juga gencar dilakukan.



“Misalnya walikota Sabang secara tegas menutup penginapan yang menyediakan fasilitas bar dan tempat maksiat. Namun di luar Banda Aceh kurang ekspos dari media, sehingga tidak diketahui oleh khalayak ramai, karena kalau di Banda Aceh mudah mendapatkan informasi”, sebutnya.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh juga mengaku heran dengan sejumlah penghargaan yang diterima oleh Wali Kota Banda Aceh Illiza Saadudin Djamal, pasalnya rakyat kota Banda Aceh masih banyak yang menjerit dengan segala kekurangan.
“Saya sendiri heran dengan penghargaan yang diberikan kepada Wali Kota Banda Aceh, dari mana tolak ukurnya, apa yang menjadi sebuah kebanggaan dari Illiza oleh tim penilai sehingga penghargaan itu diberikan,” 
Ujar Arief dihadap puluhan wartawan saat menggelar acara coffe morning di Gedung DPRK Banda Aceh, Jumat 15 April 2016.

Menurut Arief, misalnya persoalan air bersih, sampai saat ini tidak teratasi dengan baik, banyak warga baru bisa menikmati air jam 2 malam, kan aneh, tingkat air bersih saja tidak teratasi, jadi, penghargaan itu sebenarnya apa yang dinilai,” tambahnya.

Disamping itu juga, terminal labi-labi yang telah dihabiskan anggaran sekian banyak, kenyataan hari ini menurut Arief hanya menjadi tempat tidur gelandangan.

“Untung saja kami ambil ambil inisiatif untuk berjualan pedagang kaki lima, karena memang mereka (pedagang-red) sudah tidak punya tempat untuk berjualan, selalu dikejar Satpol PP,” ujar Arief Lagi.

Sejauh ini lanjut Arief, belum lagi ada kita lihat segi pembangunan lainnya yang memang punya manfaat, memang tidak ada perubahan yang nyata. “Saya sendiri geram melihat tingkah Illiza, jadi bukan teman- teman pers saja yang geram,  kalau macam illiza saya sendiri bisa seperti dia,” tutupnya. (Maksalmina - klikkabar.com)


Sumber : Klikkabar.com
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: